Kisah Andrie Wongso, Yang Mengaku Bergelar SDTT ‘Sekolah Dasar Tidak Tamat’
Andrie Wongso, siapa dia..? yang mengaku bergelar SDTT ‘Sekolah
Dasar Tidak Tamat’, tetapi bisa menjadi the number one motivator di Indonesia.
Selalu mengucapkan Selamat Pagi, kapan saja ketemu, siang, malam. Biar
semangat.. he he he... Karena pagi itu identik dengan kegairahan, kesegaran,
semangat, Semangat, Semangat...!!!
Andrie Wongso
selalu menceritakan masa kecilnya yang sengsara di Malang. Anak kedua dari tiga
bersaudara ini lahir dari keluarga Tionghoa miskin. Ia tidak tamat sekolah
dasar, putus kelas enam, karena sekolah Tionghoa ditutup pemerintah Orde Baru.
Tak putus asa, Andrie kecil menjual kue-kue di pasar dan toko-toko di Malang.
"Saya tidak pernah malu karena saya dan orang tua harus
survive. Kalau nggak jualan ke pasar-pasar, kami makan apa?" ujar Andrie
Wongso di Surabaya beberapa waktu lalu.
Usia 22 tahun hijrah ke Jakarta karena mendapat panggilan
kerja sebagai seorang salesman di sebuah perusahaan sabun. Pekerjaan sales ini
cukup memberinya waktu lowong, yang diisinya dengan berlatih kungfu. Kungfu
bukan sekedar bela diri, namun juga mengandung nilai-nilai kedisiplinan,
tanggungjawab, komitmen, perjuangan dan kemauan keras. Nilai-nilai luhur ini
semakin membentuk jati diri Andrie Wongso. Selain itu, ketegaran orang tua
Andrie dalam menghadapi kemiskinan juga berperan besar dalam pembentukan
karakter dirinya.
Ketika film-film kungfu Hongkong mem-booming di tahun 70-an,
hati Andrie muda tergelitik ingin menjadi seorang bintang film. Untuk menggapai
cita-cita ini, tahun 1978 Andrie berhenti bekerja dan mulai mengirimkan lamaran
ke perusahaan-perusahaan film di Hongkong. Namun selama tiga bulan tak ada satu
pun perusahaan film yang memanggilnya. Masa-masa itu merupakan masa yang berat
bagi Andrie muda. Ia mengalami tekanan mental yang luar biasa.
Tekanan hidup yang dialaminya ternyata tidak berhenti di situ
saja. Pada saat bersamaan, salah satu orang tuanya meninggal. Bukan hal yang
mudah bagi kita untuk membayangkan, apalagi menghadapi derita yang dialami
Andrie Wongso. Andrie muda pulang ke Malang. Pada tahun 1979 kembali ke Jakarta
untuk mengadu nasib. Kali ini Andrie tampil sebagai seorang pelayan toko yang
hanya melayani pembeli tetapi tidak bisa masuk ke dalam toko, alias setengah
kuli.
Untuk mengisi waktu luang, Andrie muda yang semakin beranjak
dewasa mendirikan sebuah perguruan kungfu bernama Hap Kun Do. Hingga akhirnya
penghasilan dari melatih kungfu yang diperolehnya lebih besar daripada gaji
sebagai pelayan toko. Di sinilah kembali muncul impian untuk menjadi bintang
film. Andrie lalu keluar dari pekerjaannya dan berlatih kungfu secara intensif
selama dua minggu, kemudian mengirimkan foto dan surat lamaran ke Hongkong.
Sungguh malang nasibnya ternyata masih di tolak.
Tiga bulan hidup dengan tanpa penghasilan bukan hal yang
mudah untuk dilalui, sebab itu ia berusaha untuk memotivasi diri sendiri. Dan
tiga bulan kemudian, akhirnya ia berhasil dan selama tiga tahun kemudian Andrie
muda berhasil mewujudkan impiannya menjadi bintang film di Taiwan, meski bukan
sebagai aktor utama.
Setelah tiga tahun menekuni profesi sebagai bintang film,
Andrie kembali ke Indonesia dan mulai merintis jalan sebagai seorang pengusaha
pembuat kartu ucapan. Tahun 1985 lahirlah Harvest. Pada awalnya bisnis ini
tidak berjalan dengan mudah, berbagai macam penolakan dan hambatan selalu
menghampirinya. Dimulai dari penjualan kartu secara keliling dari sebuah kamar
kost, usaha tersebut berjalan sukses.
Hingga saat ini Harvest telah memiliki beberapa perusahaan
pendamping. Boleh dibilang Andrie Wongso sejak tahun 80-an telah menjadi
seorang motivator karena produk Harvest pada awalnya berupa kartu berisikan
ucapan motivasi yang kemudian berkembang menjadi produk-produk inovatif
lainnya. Tahun 1992 adalah momentum bagi Andrie Wongso untuk terjun secara
total dalam bidang motivasi.
Dalam bidang motivation training, Andrie menggagas sebuah
pemikiran filosofis Action and Wisdom Motivation Training. Filosofi terkenal
dari Andrie Wongso adalah “Success is My Right” yang lahir delapan tahun yang
lalu. Pelatihan yang diberikan Andrie Wongso kini sudah merambah ke seluruh
lapisan, baik perguruan tinggi, BUMN, perusahaan swasta, atlet dan lain-lain.
"Masa, saya yang SD tidak tamat saja bisa (sukses), lha
wong kalian yang sarjana, tamat SMA, lahir dari keluarga mampu, nggak
sukses?" begitu kira-kira logika Pak Andrie. Maka, berbahagialah orang
yang miskin, sekolah rendah, tapi sukses!
Begitulah kisah sukses Andrie Wongso seperti kisah sukses
warga Tionghoa lain yang memulai usaha dari nol, jualan kelontong, Andrie
Wongso berkembang seperti sekarang. Jadi pembicara di mana-mana. Termasuk
menceramahi profesor doktor. So bagi kita yang masih belum pernah menikmati apa
itu kesuksesan, marilah kita nikmati kehidupan kita yang sekarang tapi tetap
bergerak menuju impian kita masing-masing. Tuhan mungkin menunda tapi tidak
menolak.
Baca Juga : Pak Sanim, Si Tukang Becak Yang Menjadi Jutawan
Source :
Jejakorangsukses.blogspot.com
Share Artikel :
Post a Comment